Senin, 13 September 2010

Autisme



Autisme adalah gangguan perkembangan anak dalam berkomunikasi, interaksi sosial, perilaku, emosi dan proses sensoris. Seseorang yang menderita autisme hanya tertarik pada aktivitas mental dirinya sendiri seperti melamun, dan berkhayal dan sangat menarik diri dari kenyataan. Pada anak-anak, kelainan perilaku tersebut terlihat dari ketidakmampuan si anak untuk berhubungan dengan orang lain. Seolah-olah mereka hidup dalam dunianya sendiri dan pada beberapa kasus tertentu menggunakan bahasa atau ungkapan yang hanya dimengerti oleh dirinya sendiri.

Gejala anak yang menderita autisme umumnya sudah tampak sebelum usia 3 tahun dengan gejala sebagai berikut :
1. Tidak ada kontak mata yang mantap.
2. Kurang responsif terhadap lingkungan di sekitarnya.
3. Tidak mau berbicara secara verbal.
4. Tidak mau berkomunikasi dengan bahasa tubuh seperti senyuman, merengut dan sebagainya.

Gejala autisme disebut juga dengan spektrum autisme, yaitu gejala mulai dari yang ringan sampai yang berat. Bertambahnya kasus autisme bukan hanya pada kasus autisme klasik tapi juga pada varian autisme yang lebih ringan seperti sindroma asperger dan apitikal autisme.

Sindroma asperger adalah gangguan perkembangan dengan gejala berupa gangguan dalam bersosialisasi, sulit menerima perubahan, suka melakukan hal yang sama berulang-ulang, serta terosebsi dan sibuk sendiri dengan aktivitas yang menarik perhatian. Umumnya tingkat kecerdasan si kecil baik atau bahkan lebih tinggi dari anak normal. Selain itu biasanya ia tidak mengalami keterlambatan bicara.

Sedangkan apitikal autisme adalah jenis autisme yang tidak memenuhi kriteria gangguan autisme yang disyaratkan oleh DSM-IV ( panduan dalam menegakkan diagnosa gangguan mental ). Meskipun begitu, si kecil mengalami kesulitan dalam berinteraksi sosial dan berkomunikasi secara timbal balik. Mungkin juga ia tidak menunjukkan gejala yang khas atau bisa juga gejala-gejalanya lebih ringan dibandingkan penyandang autisme klasik.

Penyebab terjadinya autisme sebenarnya belum dapat diketahui, namun gangguan tersebut dapat dikaitkan dengan faktor keturunan maupun kegagalan salah satu dari otak yang memproses rangsangan syaraf.

Salah satu penanganan anak dengan gangguan spektrum autisme adalah terapi perkembangan terpadu yang terdiri dari terapi okupasi dengan penekanan pada terapi sensory intergration yang dipadu dengan metode floor time. Namun bila si anak memerlukannya masih ditambah lagi dengan strategi visual. Terapi sensory integration dan floor time diberikan setelah anak diketahui menyandang gangguan semua spektrum autisme. Sedangkan strategi visual baru diberikan bila anak sudah benar-benar siap menerima terapi ini. Kesiapan tersebut akan dinilai oleh terapis, dokter atau psikolog yang menangani si anak.

Terapi sensory integation adalah terapi untuk memperbaiki cara otak menerima, mengatur dan memproses semua input sensoris yang diterima oleh panca indera, indera keseimbangan dan indera otot. Anak yang mengalami gangguan perilaku seperti autisme akan mengalami kesulitan dalam menerima dan mengintegrasikan beragam input yang disampaikan otak melalui inderanya. Akibatnya, otak tidak dapat memproses input sensoris dengan baik. Dengan begitu, otak juga tidak dapat mengatur perilaku anak agar sesuai dengan lingkungannya.

Melalui terapi sensory integration, kemampuan si kecil dalam menerima, memproses dan menginterpretasi input-input sensoris baik dari luar maupun dari dalam dirinya akan diperbaiki. Dengan begiu, dia dapat lebih baik dalam berinteraksi terhadap lingkungannya.

Untuk meningkatkan kemampuan anak dalam bersosialisasi dan berkomunikasi, terapi sensory integration harus dipadukan dengan metode floor time ( bermain di lantai ). Metode bermain interaktif yang spontan dan menyenangkan bagi anak bertujuan untuk mengembangkan interaksi dan komunikasi si kecil. Floor time bertujuan untuk membentuk komunikasi dua arah antara anak dan lawan bicaranya serta mendorong munculnya ide dan membantu anak mampu berpikir logis. Agar bisa melakukan floor time dengan baik maka orang tua perlu bimbingan psikolog yang paham dan berpengalaman dengan metode tersebut.

Lalu, apa yang disebut dsengan strategi visual ? Umumnya, penyandang gangguan spekrum autisme lebih mampu berpikir secara visual. Jadi, mereka lebih mudah mengerti apa yang dilihat daripada apa yang didengar. Strategi visual dipilih agar si kecil lebih mudah memahami berbagai hal yang ingin Anda sampaikan. Biasanya, ia akan diperkenalkan pada berbagai aktivitas keseharian, larangan atau aturan, jadwal dan sebagainya lewat gambar-gambar. Misalnya gambar urutan dari cara menggosok gigi, mencuci tangan dan sebagainya. Dengan strategi visual diharapkan anak bisa memahami situasi, aturan, mengatasi rasa cemas serta mengantisipasi kondisi yang akan terjadi.

PENGGUNAAN PROPOLIS
Mulai dengan 2 tetes 3 kali sehari dan terus ditingkatkan secara bertahap sampai maksimum 15 tetes 3 kali sehari

ANJURAN TAMBAHAN
Anak autis harus terhindar dari bahan makanan yang mengandung gluten, kasein dan bahan tambahan makanan seperti penguat rasa, pewarna buatan dan pemanis buatan. Pasta bebas gluten dapat dibuat dari tepung jagung, tepung beras, tepung singkong maupun tepung ubi jalar.

Sedangkan untuk es krim dapat diganti dengan aneka sorbet ( es buah tanpa krim ). Susu yang kaya kasein juga dapat diganti dengan susu kedelai. Jenis makanan cemilan yang digemari anak-anak jaman sekarang yaitu dalam bentuk biskuit. Bahan untuk pembuatan biskuit adalah tepung, gula, telur, susu dan minyak.

Sebagai makanan alternatif bagi para penderita autis maka bahan yang dapat digunakan untuk mengganti bahan tepung terigu yaitu gluten free mix ( GF flour mix ). Ini merupakan produk campuran tepung yang telah dimodifikasi sehingga dapat menghasilkan biskuit yang enak dengan rasa yang tidak kalah dengan tepung bergluten. Campuran tersebut dapat berupa tepung beras, tepung sagu aren dan tepung singkong.

Sedangkan untuk bahan pengganti gula dapat digunakan fruktosa ( gula buah alami ). Selain itu adakalanya penderita autis juga harus menghindari telur. Penggunaan telur dapat disiasati dengan memberikan telur organik atau menggunakan bahan pengganti telur. Lemak yang baik untuk anak autis adalah lemak tak jenuh seperti yang terdapat pada ikan dan tumbuhan.

Anak autis membutuhkan lemak untuk pertumbuhan otaknya. Jenis lemak yang dianjurkan adalah lemak tak jenuh tunggal seperti minyak zaitun dan minyak canola serta lemak tak jenuh gnda seperti minyak jagung, minyak kedelai dan minyak biji matahari.

PANTANGAN
Diusahakan untuk tidak mengkonsumsi alkohol, kaffein, makanan dan minuman dalam kemasan, minuman berkabonasi, coklat, semua jenis junk food, makanan hasil olahan, gula-gula, soft drink, garam, makanan dari gandum serta semua jenis makanan yang mengandung pengawet, pewarna dan perasa buatan.

RESEP ALTERNATIF ( Bp. S. Chander )
1. Sering-sering minum air nenas ( separuh nenas ).
2. Minyak zaitun 2 kali 1 sendok teh.
3. Makan uwi ( dioscorea ).

Dikutip dari buku Panduan Lengkap Pengobatan Penyakit dengan PROPOLIS. Editor Rokim Abdul Kariim, S.Si dan Herbalis S. Chander, Cetakan pertama April 2007, Penerbit PT. Lebah Permata Khatulistiwa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar yang telah disampaikan